DELITIMES.ID – Apakah kamu pekerja kantoran yang terpikir untuk mengundurkan diri dalam waktu dekat? Apakah kamu sempat mendengar istilah The Great Resignation dalam percakapan sesama pekerja kantoran atau di berita media massa? Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Anthony Klutz, seorang profesor manajemen dari University College London, yang pada tahun 2021 memprediksi gelombang pengunduran diri akan terjadi sebagai akibat tak langsung dari pandemi Covid-19.
“The great resignation is coming,” kata Prof. Klotz seperti yang dikutip oleh Bloomberg Asia. “Ketika ada ketidakpastian, orang-orang cenderung untuk bertahan dan menetap di pekerjaan mereka masing-masing sehingga ada tumpukan jumlah potensi pengunduran diri yang tidak terjadi selama tahun sebelumnya.”
Jumlahnya jadi berkali-kali lipat, terutama dengan begitu banyaknya kesadaran akan nilai-nilai baru yang diperoleh akibat pandemi, seperti menghabiskan waktu bersama keluarga, bekerja dari rumah, perjalanan pulang pergi ke kantor setiap hari, mengejar passion, bahkan sampai ke hal mendasar seperti menemukan arti baru tentang hidup dan mati.
Beberapa hal tersebut dapat membuat seseorang memikirkan ulang makna pekerjaan 9 to 5 bagi diri mereka.
Pengunduran diri besar-besaran memang menghebohkan dunia profesional di Amerika Serikat atau Eropa. Bagaimana dengan kondisi di Indonesia?
The Jakarta Postmengeluarkan data yang dikumpulkan oleh Mercer, sebuah konsultan SDM, terhadap 23.200 pekerja di Indonesia. Dari data tersebut, skor employee engagement di Indonesia melebihi rata-rata di Asia Pasifik dan global, kecuali pada aspek keinginan untuk bertahan di pekerjaan saat ini. Walaupun 9 dari 10 pekerja mengatakan bahwa mereka senang dan bangga dengan pekerjaan saat ini, hanya 67% yang mengindikasikan kecenderungan untuk bertahan sebagai refleksi dari kurangnya peluang untuk mengembangkan karier di organisasi atau kantor yang sekarang.
“The great resignation sangat mengubah dunia bisnis dan dan ekonomi seluruh Asia dan Indonesia bukanlah pengecualian,” kata Isdar Marwan, direktur layanan karier di Mercer Indonesia.
Kondisi pandemi yang membuat keadaan serba tidak pasti dan terbatasnya peningkatan karier menjadi pemicu utama dari meningkatnya keinginan untuk berpindah pekerjaan. Sekitar 30% pekerja yang diurvei merasa bahwa mereka tidak bisa mencapai tujuan-tujuan karier di kantor di mana mereka berada, sementara 1 dari 4 orang mengatakan bahwa mereka tidak mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan (work-life balance).
Selama pandemi, terjadi disrupsi rutinitas, para pekerja dipaksa bekerja di rumah, tetapi dengan beban kerja yang meningkat karena perusahaan butuh bertahan secara finansial, dan seiring itu ada batas kabur antara kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi di rumah. Efeknya banyak sekali, seperti depresi dan kelelahan luar biasa (burnout).
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Universitas Indonesia, kebanyakan pekerja dilaporkan mengalami kesulitan untuk membuat keputusan, kesulitan dalam berkonsentrasi, serta merasa tidak pas dengan kehidupan mereka sendiri karena mengalami stres terus-menerus.
Pekerja Lepas Jadi Pilihan
Pada bulan Agustus 2022, rubrik Worklife BBC.com mengeluarkan laporan bahwa great resignation lebih-kurang sudah mencapai titik plateau atau tidak sebesar sebelum-sebelumnya. Namun, Prof. Klotz mengatakan tren ini tidak akan turun dalam waktu dekat. Umumnya, para pekerja menukar pekerjaan mereka yang mengharapkan kehadiran (presensi) dengan pekerjaan yang bisa dilakukan di mana saja (remote work).
Pekerja lepas (freelance) adalah salah satu jenis pekerjaan yang sering dilirik oleh pekerja kantoran yang menginginkan bekerja dari mana saja dengan waktu yang fleksibel. Pekerja lepas bukanlah nama pekerjaan, tetapi lebih ke cara kerja seseorang untuk mendapatkan penghasilan.
Dengan menjadi pekerja lepas, ada beberapa hal yang membedakannya dari pekerja kantoran biasa.
Utamanya, pekerja lepas bekerja dengan mewakili dirinya sendiri dan tidak terikat dengan pihak mana pun. Pekerja lepas bisa bekerja di industri mana pun yang membutuhkan keahliannya, bahkan pada beberapa industri sekaligus. Pekerja lepas juga dapat bekerja dengan beberapa perusahaan (klien) sekaligus.
Dengan kemudahan teknologi komunikasi zaman sekarang, pekerja lepas menarik minat banyak pekerja kantoran yang ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya saat ini.
Tantangan Pekerja Lepas di Indonesia
Namun, setiap pekerjaan memiliki tantangan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tantangan seorang pekerja lepas dengan membaginya ke dalam tiga tahap, yaitu tahap mendapatkan pekerjaan atau klien, tahap mengeksekusi pekerjaan, dan tahap keberlangsungan pekerjaan (sustainability).
A. Tantangan dalam tahap mendapatkan pekerjaan/klien
Mengutip dari beingfreelance.com, hari-hari pertama menjadi seorang pekerja lepas tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak ada yang bisa dilakukan. Pada tahap ini kita perlu mengetahui tantangan dalam mendapatkan klien.
Ketika masih jadi pekerja kantoran, kita dapat menunggu atasan memberikan tugas lalu di akhir bulan perusahan mentransfer gaji. Sementara itu, sebagai pekerja lepas, kita harus melakukan jemput bola. Itulah tantangan pertamanya.
Kita harus menjadi marketer bagi diri sendiri. Caranya: dengan memberitahukan kepada setiap orang bahwa kamu mencari proyek atau klien yang membutuhkan keahlianmu, misalnya sebagai akuntan atau konsultan pajak. Paling tidak, kamu perlu mengumumkan kepada orang-orang terdekat, siapa tahu mereka mengetahui keberadaan klien potensial untukkmu. Media sosial dapat menjadi alternatif yang bagus untuk menawarkan jasamu.
Kamu juga dapat menghubungi kontak-kontak alumni sekolah atau universitasmu untuk mendapatkan klien potensial.
Tantangan lain dalam tahap ini adalah orang-orang akan memandang kamu sebelah mata, apalagi jika kamu masih dianggap belum berpengalaman. Mungkin saja kamu beralih profesi baru dan kemahiranmu masih terbatas. Untuk itu, kamu perlu membangun portofolio.
Jika kamu penulis, cobalah hasilkan beberapa tulisan dan kirim ke media massa atau pajang di blog pribadimu. Jika klien membutuhkan contoh tulisan, kamu tinggal mengirimkan yang sudah ada.
Kamu juga perlu mempertimbangkan menggunakan situs pencari kerja bagi freelancer. Meskipun harus bersaing dengan jutaan pekerja lepas lainnya, kamu harus yakin dengan diri sendiri bahwa kamu akan mendapatkan klien pertamamu.
B. Tantangan dalam tahap mengeksekusi pekerjaan dari klien
Setelah kamu mendapatkan pekerjaan dari klien, kamu harus memberikan hasil terbaik agar klien puas. Tantangan pada tahap ini adalah soal manajemen waktu. Memang, rayuan yang membuat orang ingin menjadi pekerja lepas adalah fleksibilitas waktu, tetapi itu bukan berarti kamu hanya bekerja ketika kamu ingin.
Ketika klienmu tidak hanya satu artinya kamu memiliki beberapa tugas sekaligus. Manajemen waktu adalah hal yang paling penting. Kamu sebaiknya menghindari multitasking yang dinilai tidak efektif dengan cara membuat skala prioritas.
Gaya “suka-suka gue” memang bisa bikin kamu lebih asyik dalam bekerja, tetapi sikap itu bisa saja menjadi senjata makan tuan. Hanya karena tidak mood, kamu mungkin saja jadi menunda-nunda pekerjaan. Padahal, sifat buruk yang perlu dibuang oleh pekerja lepas adalah kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Efek domino akan terjadi dan mempengaruhi waktu pengerjaan tugas dari klien lainnya. Untuk itu, kamu perlu memahami Kaidah Parkinson.
Menurut Ali Abdaal, seorang YouTuber pakar produktivitas, kaidah yang diperkenalkan oleh orang Inggris bernama C. Northcote Parkinson ini menyatakan bahwa “pekerjaan berkembang sehingga mengisi waktu yang dialokasikan.”
Contohnya, kamu diberikan waktu satu minggu untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, padahal kamu sadar bahwa pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam tiga hari saja. Namun, alih-alih menyelesaikannya dalam tiga hari pertama, kebanyakan orang akan mengerjakannya dari hari pertama hingga mepet ke tenggat waktu.
Dengan memahami kaidah ini, kita dapat menghindari membuang-buang waktu. Memang tantangan bagi pekerja lepas adalah mengelola mood dan tingkat stres.
Rutinitas adalah salah satu remedinya. Selain itu, jangan bekerja setiap waktu dan sepanjang hari. Batasi waktu saat kita bekerja dan saat kita menjadi pribadi yang memiliki kehidupan sosial. Jangan menolak ajakan teman-teman yang ingin bertemu.
Pekerja lepas tetap membutuhkan sosialisasi, baik kamu seorang ekstrover maupun introver. Mendapatkan sinar matahari secara langsung juga terbukti dapat membantu mengurangi stres dan menjaga kesehatan mental kamu. Matahari pagi merupakan bentuk penyegaran yang sangat kamu butuhkan.
Tantangan lainnya adalah dalam hal menjaga kesehatan fisik. Ketika pekerjaan cukup banyak, tidak jarang kita memberikan sedikit waktu tambahan dalam menyelesaikannya. Namun, ketika tidak ada yang mengingatkan, kita bisa saja jadi lupa makan siang atau makan malam. Padahal makanan sangat berperan dalam proses berpikir seorang pekerja lepas. Tanpa ada energi, pekerjaan akan sulit diselesaikan dengan baik.
Kurang bergerak juga menjadi tantangan fisik yang dihadapi oleh kamu pekerja lepas. Kecuali pekerjaan kamu melibatkan fisik yang aktif bergerak, kamu bisa saja jadi sering tidak enak badan karena terlalu banyak duduk saja.
Mengutip situs Klik Dokter, orang golongan usia produktif harus lebih banyak bergerak daripada duduk. Sebaiknya olahraga dilakukan setidaknya 150 menit/per minggu yang dibagi menjadi hanya 30 menit/ hari dalam 5 hari. Tidak terlalu sulit, bukan?
C. Tantangan dalam tahap mempertahankan keberlangsungan (sustainability)
Tantang berikutnya adalah dalam mempertahankan keberlangsungan profesimu. Dalam hal ini, kamu perlu mengatur keuangan untuk dapat bertahan sesuai dengan gaya hidup yang kamu inginkan. Tantangan lainnya adalah kamu tidak memiliki instrumen finansial yang bersifat proteksi.
Jika kamu pekerja kantoran, biasanya perusahaan akan menyediakan perlindungan kesehatan bagi karyawannya. Namun, sebagai pekerja lepas, kamu harus memiliki sendiri. Baca artikel mengenai cara mengelola keuangan. asuransi yang perlu dimiliki oleh pekerja lepas di sini. Dengan demikian, kamu dapat tetap menikmati hidup seperti kala kamu masih bekerja kantoran.
Tantangan mempertahankan kesehatan adalah yang utama dalam mempertahankan profesimu sebagai pekerja lepas. Jika tubuh sakit artinya kamu akan kesulitan menyelesaikan tugas atau proyek dari klien. Efek dominonya adalah kamu akan kekurangan penghasilan.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan adalah hal yang utama bagi seorang pekerja lepas.
Namun, terkadang sakit tidak bisa dihindari. Orang yang sudah menjaga kesehatannya dengan maksimal pun dapat jatuh sakit. Sakit fisik yang sering dialami oleh freelancer adalah kelelahan, tipes, penyakit lambung, sakit otot, dan lain-lain.
Ada banyak faktor jadi penyebab sakit, di antaranya adalah kurang gerak, kebanyakan stres, kebiasaan begadang, dan sering telat makan. Oleh karena itu, buat kamu yang pekerja lepas, kamu perlu memiliki asuransi kesehatan untuk proteksi keuanganmu ketika kamu sakit. Setidaknya kamu memiliki asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah, yaitu BPJS.
(Sumber : roojai.co.id)