MEDAN, DELITIMES.ID – Assalamualikum dan Salam sejahtera buat kita semua.
Sebelumnya penulis memohon maaf apabila ada yang kurang berkenan dan kurang tepat pada pemilihan kata dan fakta. Sebab penulis mencoba untuk membuka kilas balik atau flash back sedikit membuka perjalanan band-band Medan bahkan Sumatera Utara dari era 70-80-90’s.
Berawal dipertengahan tahun 70’s, bergema lagu-lagu hit di beberapa stasiun radio di tanah air. Banyak band yang mendunia di era tersebut seperti, band dari Inggris dan Amerika juga Germany yaitu, Uriah Hip, Procol Harum, CCR, Black Sabbath, Grand punk, Scorpion, Led Zeppelin, Deep Purple dan lain nya mewarna kehidupan anak-anak muda disetiap kota saat itu.
Namun sayangnya lagu-lagu hit itu tak semuanya bisa dinikmati bahkan dilihat oleh generasi muda di saat itu, dikarenakan minimnya media informasi baik media online, cetak juga Radio serta televisi.seperti saat ini.
Namun seiring berjalan nya waktu, memasuki era 80’s, media informasi tersebut mulai ada dan merakyat. Dan padti pula hal itu membuat denyut musik bergenre Rock semakin bergema dan banyak diminati anak anak muda pancinta musik cadas dimanapun berada.
Mungkin generasi muda waktu itu ingin menjiplak, atau mencontoh gaya bermain musik atau juga memilih menjadi seorang musisi, dengan alasan trend atau menjadikan musik sebagai wadah untuk mengungkapkan perasaan sekaligis mengkritik kehidupan sosial bahkan kritik sistim satu negara bahkan pemerintah lewat nada, syair dan lagu.
Sementara di Medan sendiri di tahun 80’s, banyak terlihat anak-anak muda nongkrong baik diujung gang ataupun di rumah-rumah dgn gitar kopong yang membawakan lagu-lagu rock balad. Jelas telah menjadi trendy nongki di pinggir jalan dalam suasana pertemanan di era tersebut.
Mungkin berawal dari nongkrong itulah, muncul ide membuat grup band walau sebelumnya sudah ada band-band besar Medan salah satunya Manstril dan beberapa band lainnya.
Dan Saat itulah, muncul beberapa band kenamaan di kota Medan seperti, New Cordhex, Metallaser, Valhalla, Cobra, Piranha, Green Apple dan banyak lagi lain nya. Dan Musik Rock di Indonesia sangat bergairah apalagi di era tersebut. Banyak festival Festival bergengsi seperti, Logzelebour, Crytal Festival, Siblong dan banyak lagi yang bertaraf nasional
Sejak saat itu aroma musik cadas semakin tak terbendung. Hal itu bisa dilihat dari banyak nya rumah-rumah studio musik Rental yang muncul bak jamur tumbuh dimusim hujan yg dijadikan sebagai tempat berlatih untuk mengasah skill para Musisi saat itu.
Ada beberapa nama-nama studio musik yang cukup bergengsi saat itu seperti, Progresive, Lowrey, Nelli, Piter Musik, Bina Budaya serta Dooms dan lain lain. Dari sekian banyak studio yang muncul, Lowrey Musik Centre termasuk salah satu studio rental yang banyak memiliki kenangan bagi para pemusik kota Medan.
Sebab tempatnya tak jauh dari pusat belanja warga Medan (Pajak Sentral), juga dekat dengan terminal angkot untuk semua jurusan yang sebut Sambu. Disamping itu, ketika ingin menuju studio Lowrey yang berlantai tiga tersebut, banyak tontonan permainan anak jalanan seperti jual obat kuat dan sebagainya.
Dan yang tak terlupakan bagi anak-anak band ketika itu dengan kongsi- kongsi (Patungan) alias gotong Royong dana untuk ngerental studio latihan.
Inilah kenangan yang tak terlupakan bagi anak band dikala itu untuk berusaha menjadi band yang punya kelas dan nama agar selalu di undang agar tampil disetiap acara konser dan festival yang sering diadakan saat itu.
Dan untuk mengingat masa indah itulah, beberapa anak-anak band 90’an mencoba mengumpulkan semua kawan-kawan yang dulunya eksis lewat band-band masing- masing untuk hadir dalam sebuah acara temu kangen, yang dipusatkan di Warung Kopi Mampir Pasar 3 Marelan.
“Alhamdulillah acara temu kangen MUSISI 90’S yang digagas telah mendapat suport dari kawan kawan musisi baik yang masih berada di Medan atau yang berada diluar kota. Dan support tersebut sebagai bukti, bahwa silaturahmi musisi 90’s ini sangat di inginkan olah kawan kawan,” kata Uwo Billy didampingi Iwan sambas, Ivan Rotom Palm dan Nanang saat ditemui di acara tersebut.
Dikatakan, di acara Temu Kangen Musisi Lowrey 90’s yang dikemas secara sederhana itu juga menampilkan grup-grup band yang dulunya berlatih di Lowrey studio seperti para personil, BSS, MOB, Twistet Sister, Demban dan beberapa band lainnya yang ditambah acara bebas (jamming) para anak lowrey yang ingin perform membawakan lagu terbaiknya.
“Saya sangat senang dan terharu bisa ketemu lagi hampir semua kawan-kawan yang sudah lama tak ketemu,” kata Budi Tan Gangga serius.
Ungkapan yang sama juga dilontarkan Lilik Lead Guitarnya (MOB) dan Basiss nyentrik, Herry Rockers Nasution merasa sangat senang dan bangga bisa ketemu dengan kawan lama. Untuk itu saya berharap agar acara silaturahmi dengan tema Temu Kangen ini agar dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.
“Mudah-mudahan bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya agar tali silatirahmi antar musisi 90’an tidak hilang ke depannya,” kata Lilik penuh haru.
Apalagi, tambah Lilik, acara yang digelar di kopi Mampir itu mendapat suport dari organisasi pemuda anti narkoba dimana nantinya akan siap mendukung penuh untuk acara-acara kedepannya dan diharapkan melalui musik bisa mengajak para generasi muda milenial untuk menjauhi narkoba dan mampu mengurangi kenakalan remaja lainnya yang saat ini sangat memprihatinkan.
“Apalagi musik rock bukanlah aliran musik yang suka mabuk-mabukan dan membuat onar. Memang warna musiknya keras, namun dibalik itu sangat mencintai perdamaian,” pungkas Lian yang diaminkan Achai dan Budi dari Medan Rockstore. (Dimitri)