JAKARTA, DELITIMES ID – Direktur Eksekutif Lembaga Klimatologi Politik (LKP), Usman Rachman melansir nama-nama yang potensial sebagai calon presiden atau calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Dua nama diprediksinya bisa menjadi kuda hitam.
Usman Rachman dalam rilisnya, Kamis (8/12/2023) menyebut dua nama dimaksud adalah Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, dan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.
“Yang harus diwaspadai adalah Pak Moeldoko yang bisa menjadi kuda hitam alias Capres dari papan tengah, dan bisa di 2024 merangsek ke papan atas Capres,” kata Usman seperti dikutip kantor berita RMOL Jabar.
Dia menyebut hasil survei yang dilakukan LKP, kategori tingkat popularitas Moeldoko berhasil meraih angka 66,3 persen. Sedangkan, nama orang nomor satu di Jabar, Ridwan Kamil memperoleh angka 88,9 persen.
“Keduanya masuk dalam jajaran Capres 2024 papan tengah yang berpotensi menjadi kuda hitam,” teranganya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, apabila Pilpres dilaksanakan hari ini, mengerucut pada tiga nama. Yaitu Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto; Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo; dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Berdasarkan metodologi, dengan elektabilitas yang sangat ketat (jauh di bawah margin of error) sulit untuk menyimpulkan siapa yang menjadi pemenang jika Pilpres dilaksanakan saat ini, sebut Usman.
Sementara itu, nama capres papan tengah dan papan bawah elektabilitasnya cenderung stagnan. Bahkan, beberapa di antaranya malah mengalami penurunan.
Namun, nama satu-satunya Capres papan tengah dan papan bawah yang mengalami kenaikan elektabilitas hanyalah KSP, Moeldoko.
“Di papan tengah ada nama Ridwan Kamil dengan raihan presentase 7,6 persen dan diikuti Moeldoko 4,2 persen,” sambungnya.
Usman menuturkan, Moeldoko perlu memiliki jaringan utamanya di sisi kepartaian. Pasalnya, Moeldoko hingga saat ini belum memiliki partai.
“Pak Moeldoko jika memang mau terus efektif kenaikan elektabilitasnya ya harus sering-sering bersilaturahim ke tokoh nasional yang ada di daerah. Gagasan Moeldoko pun harus dibumikan karena banyak gagasan pembangunan, semisal sembako murah hingga bantalan kerentanan ekonomi,” tuturnya.
Usman pun membenarkan, tak adanya partai yang menjadi kendaraan politik Moeldoko bisa menjadi hambatan di pilpres, termasuk untuk calon lainnnya.
Diketahui, Moeldoko beberapa waktu lalu pernah berupaya mengambil alih Partai Demokrat dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tapi upayanya tersebut gagal.
Usman pun menyarankan kepada para calon untuk melakukan pendekatan ke para petinggi partai dan pendekatan ke akar rumput.
“Sukarelawannya harus berani lakukan konvensi. Sehingga suara bottom up partai, jika dipegang maka bisa menjadi rekomendasi,” pungkas dia. (ehm/rmol)