Hadiri Temu Ramah Gerindra Sumut, Gubsu Edy Rahmayadi: Memilih Bukan Soal Warna

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print
Gubernur Sumatera Utara menghadiri 'Temu Ramah Kebangsaan dan Konsolidasi Partai Gerindra (DPD, DPC, anggota DPRD Fraksi Gerindra se-Sumatera Utara), di MMC Jalan Gagak Hitam Medan, Jumat (18/11/2022).

MEDAN, DELITIMES.ID – Gubernur Sumatera Utara menghadiri ‘Temu Ramah Kebangsaan dan Konsolidasi Partai Gerindra’ (DPD, DPC, anggota DPRD Fraksi Gerindra se-Sumatera Utara), di MMC Jalan Gagak Hitam Medan, Jumat (18/11/2022).

Dalam sambutannya, Edy Rahmayadi menyinggung soal Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang akan maju di Pilres 2024. Di mana menurut Gubernur, kalau hanya Gerindra saja usung Prabowo, maka tidak maksimal,

“Maka tugas Gerindra adalah memenangkan (Prabowo) di Sumatera Utara. Dan semua harus diajak untuk ikut bersama-sama,” kata mantan Pangkostrad ini.

Pada kesempatan itu Edy membahas soal demokrasi yang menurutnya ada delapan jenis. Salah satunya adalah demokrasi langsung, yang berlaku di Indonesia, di mana salah satu intinya adalah ‘one men one vote’.

“Artinya, semua orang punya nilai suara satu (sama), terlepas apa pun latar belakangnya,” sebut Gubernur.

Di bagian lain penyampaiannya, Edy mengatakan, bahwa memilih (pemilihan umum), bukan soal warna. “Tapi soal isi hati,” kata pembina partai politik di Sumetara Utara ini.

Selintas, Edy juga menceritakan kisah, bagaimana ia sampai akhirnya maju jadi cagubsu. Di mana ketika itu Edy Rahmayadi mengaku belum berpikir untuk maju, tapi kemudian Prabowo memanggilnya. Hingga akhirnya memang Gerindra yang pertama mengusungnya menjadi cagubsu.

Dialog

Sedangkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Mayjen TNI (Purn) Musa Bangun, yang hadir pada acara, menyampaikan pentingnya berdialog.

“Kenapa harus banyak berdialog? Karena dengan sistem politik yang saat ini berlaku di Indonesia, maka parpol merupakan keniscayaan bagi kehidupan politik di Indonesia. Saat ini, pilpres masih jauh tapi di mana-mana sudah membahas politik. Di warung-warung juga ramai bahas politik,” sebutnya.

“Apalagi dengan adanya medsos, maka rakyat bebas menyampaikan apa yang mereka rasakan. Dan hal ini tentu saja bisa menjadi mata dan telinga politikus untuk kemudian menjadi pembahasan, agar bisa menyerap aspirasi dan menjalankannya,” sebut Ketum Purnawirawan Indonesia Raya ini.

Terkait pendeklarasian Prabowo Subianto sebagai capres, Musa Bangun mengungkapkan beberapa hal. Yaitu, bahwa situasi saat Partai Gerindra mendeklarasikan Prabowo, berbeda dengan kondisi Pilpres 2014 dan 2019.

“Pada Pilpres 2014 dan 2019 (Prabowo) berada di luar kekuasaan. Sementara untuk 2024 berada dalam kekuasaan,” katanya.

“Bahwa banyak yang mempertanyakan kenapa Prabowo mau menjadi bagian dari kabinet? Bagi yang tidak paham situasi, maka pertanyaan itu wajar. Tapi di lain pihak, situasi itu justeru menunjukkan bahwa baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama membuka diri untuk bersama-sama memajukan NKRI,” lanjutnya.

Musa mengaku sangat memahami karakter Prabowo. Bahwa di balik sikap tegasnya, Prabowo adalah sosok yang sangat menghargai kemanusiaan dan orang yang tidak mudah menyerah. Musa menceritakan bagaimana Prabowo memberi perhatian sangat intens kepada anggotanya yang lumpuh karena tertembak. Sehingga karena kegigihan Prabowo memperjuangkannya, akhirnya anggotanya tadi bisa pulih dan normal kembali.

Politisi kelahiran Sumut ini juga mengungkapkan, bahwa ternyata apa yang jadi pemikiran Prabowo saat kampanye di Pilres lalu, ternyata terjadi saat ini.
Di mana Prabowo selalu mewanti-wanti soal kemungkinan perang yang pengaruhnya bisa ke mana-mana. Sehingga salah satu yang selalu perhatian Prabowo adalah soal ketahanan pangan.

“Terbukti saat ini sudah mulai terasa. Saat Prabowo mengatakan soal perang yang lain mencibir. Sekarang perang Rusia Ukraina terjadi dan pengaruhnya sangat terasa. Saat ini tidak lagi ada istilah jauh dari perang. Faktanya, sebuah perang tidak hanya memberi pengaruh kepada negara terlibat perang, namun juga mempengaruhi negara-negara lain walau jauh dari lokasi,” sebut Musa Bangun.

Buku Prabowo

Temu ramah dan konsolidasi itu sendiri diikuti semua pengurus DPC Partai Gerindra se-Sumatera Utara.

Selain temu ramah, ada juga pemutaran video mengenai profil Prabowo Subianto, mulai dari silsilah hingga jenjang karier di TNI. Kemudian juga soal perjalanan hidupnya sebagai pengusaha dan politisi, yang kemudian membentuk Partai Gerindra.

Kemudian ada pembagian buku hasil tulisan Prabowo Subianto, berjudul: Paradoks Indonesia dan Solusinya.

Tampak beberapa tokoh di Sumatera Utara, di antaranya H Syamsul Arifin SE (mantan Gubernur Sumut). Hadir juga para anggota DPRD kabupaten/kota hingga DPR RI dari Pratai Gerindra.

Kemudian ada juga pengurus DPD Partai Gerindra Sumut, termasuk tentunya, Ketua DPD Gerindra Sumut Gus Irawan Pasaribu, yang menyampaikan pesan Prabowo, bahwa Gerindra bukan untuk menciptakan politisi, tapi untuk menciptakan kader pejuang. (JTH)

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

Related Posts

Berita Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gubernur Sumatera Utara menghadiri 'Temu Ramah Kebangsaan dan Konsolidasi Partai Gerindra (DPD, DPC, anggota DPRD Fraksi Gerindra se-Sumatera Utara), di MMC Jalan Gagak Hitam Medan, Jumat (18/11/2022).

Hadiri Temu Ramah Gerindra Sumut, Gubsu Edy Rahmayadi: Memilih Bukan Soal Warna

MEDAN, DELITIMES.ID – Gubernur Sumatera Utara menghadiri ‘Temu Ramah Kebangsaan dan Konsolidasi Partai Gerindra’ (DPD, DPC, anggota DPRD Fraksi Gerindra se-Sumatera Utara), di MMC Jalan Gagak Hitam Medan, Jumat (18/11/2022).

Dalam sambutannya, Edy Rahmayadi menyinggung soal Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang akan maju di Pilres 2024. Di mana menurut Gubernur, kalau hanya Gerindra saja usung Prabowo, maka tidak maksimal,

“Maka tugas Gerindra adalah memenangkan (Prabowo) di Sumatera Utara. Dan semua harus diajak untuk ikut bersama-sama,” kata mantan Pangkostrad ini.

Pada kesempatan itu Edy membahas soal demokrasi yang menurutnya ada delapan jenis. Salah satunya adalah demokrasi langsung, yang berlaku di Indonesia, di mana salah satu intinya adalah ‘one men one vote’.

“Artinya, semua orang punya nilai suara satu (sama), terlepas apa pun latar belakangnya,” sebut Gubernur.

Di bagian lain penyampaiannya, Edy mengatakan, bahwa memilih (pemilihan umum), bukan soal warna. “Tapi soal isi hati,” kata pembina partai politik di Sumetara Utara ini.

Selintas, Edy juga menceritakan kisah, bagaimana ia sampai akhirnya maju jadi cagubsu. Di mana ketika itu Edy Rahmayadi mengaku belum berpikir untuk maju, tapi kemudian Prabowo memanggilnya. Hingga akhirnya memang Gerindra yang pertama mengusungnya menjadi cagubsu.

Dialog

Sedangkan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Mayjen TNI (Purn) Musa Bangun, yang hadir pada acara, menyampaikan pentingnya berdialog.

“Kenapa harus banyak berdialog? Karena dengan sistem politik yang saat ini berlaku di Indonesia, maka parpol merupakan keniscayaan bagi kehidupan politik di Indonesia. Saat ini, pilpres masih jauh tapi di mana-mana sudah membahas politik. Di warung-warung juga ramai bahas politik,” sebutnya.

“Apalagi dengan adanya medsos, maka rakyat bebas menyampaikan apa yang mereka rasakan. Dan hal ini tentu saja bisa menjadi mata dan telinga politikus untuk kemudian menjadi pembahasan, agar bisa menyerap aspirasi dan menjalankannya,” sebut Ketum Purnawirawan Indonesia Raya ini.

Terkait pendeklarasian Prabowo Subianto sebagai capres, Musa Bangun mengungkapkan beberapa hal. Yaitu, bahwa situasi saat Partai Gerindra mendeklarasikan Prabowo, berbeda dengan kondisi Pilpres 2014 dan 2019.

“Pada Pilpres 2014 dan 2019 (Prabowo) berada di luar kekuasaan. Sementara untuk 2024 berada dalam kekuasaan,” katanya.

“Bahwa banyak yang mempertanyakan kenapa Prabowo mau menjadi bagian dari kabinet? Bagi yang tidak paham situasi, maka pertanyaan itu wajar. Tapi di lain pihak, situasi itu justeru menunjukkan bahwa baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama membuka diri untuk bersama-sama memajukan NKRI,” lanjutnya.

Musa mengaku sangat memahami karakter Prabowo. Bahwa di balik sikap tegasnya, Prabowo adalah sosok yang sangat menghargai kemanusiaan dan orang yang tidak mudah menyerah. Musa menceritakan bagaimana Prabowo memberi perhatian sangat intens kepada anggotanya yang lumpuh karena tertembak. Sehingga karena kegigihan Prabowo memperjuangkannya, akhirnya anggotanya tadi bisa pulih dan normal kembali.

Politisi kelahiran Sumut ini juga mengungkapkan, bahwa ternyata apa yang jadi pemikiran Prabowo saat kampanye di Pilres lalu, ternyata terjadi saat ini.
Di mana Prabowo selalu mewanti-wanti soal kemungkinan perang yang pengaruhnya bisa ke mana-mana. Sehingga salah satu yang selalu perhatian Prabowo adalah soal ketahanan pangan.

“Terbukti saat ini sudah mulai terasa. Saat Prabowo mengatakan soal perang yang lain mencibir. Sekarang perang Rusia Ukraina terjadi dan pengaruhnya sangat terasa. Saat ini tidak lagi ada istilah jauh dari perang. Faktanya, sebuah perang tidak hanya memberi pengaruh kepada negara terlibat perang, namun juga mempengaruhi negara-negara lain walau jauh dari lokasi,” sebut Musa Bangun.

Buku Prabowo

Temu ramah dan konsolidasi itu sendiri diikuti semua pengurus DPC Partai Gerindra se-Sumatera Utara.

Selain temu ramah, ada juga pemutaran video mengenai profil Prabowo Subianto, mulai dari silsilah hingga jenjang karier di TNI. Kemudian juga soal perjalanan hidupnya sebagai pengusaha dan politisi, yang kemudian membentuk Partai Gerindra.

Kemudian ada pembagian buku hasil tulisan Prabowo Subianto, berjudul: Paradoks Indonesia dan Solusinya.

Tampak beberapa tokoh di Sumatera Utara, di antaranya H Syamsul Arifin SE (mantan Gubernur Sumut). Hadir juga para anggota DPRD kabupaten/kota hingga DPR RI dari Pratai Gerindra.

Kemudian ada juga pengurus DPD Partai Gerindra Sumut, termasuk tentunya, Ketua DPD Gerindra Sumut Gus Irawan Pasaribu, yang menyampaikan pesan Prabowo, bahwa Gerindra bukan untuk menciptakan politisi, tapi untuk menciptakan kader pejuang. (JTH)

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

Related Posts

Berita Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *