MEDAN, DELITIMES.ID – Atlet sepatu roda yang lolos seleksi mengikuti Pemusatan Latihan Laerah (Pelatda) program KONI Sumut yang diproyeksikan mengukuti Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI tahun 2024, masih berada di bawah standar.
Kondisi itu terjadi karena pola rekrutmen yang dilakukan oleh panitia seleksi Pelatda beberapa waktu lalu terkesan telah menghilangkan peluang atlet yang memiliki prestasi.
“Hasil seleksi Pelatda tersebutpun sampai saat ini belum ada diumumkan. Jadi kita sebagai orang yg diluar sistem menilainya tidak ada transparan dalam menentukan hasil selekda tersebut,” kata Gunawan selaku salah satu pengurus club sepatu roda di Medan, Senin (2/1/2023).
Menurutnya, dirinya tak puas dengan hasil tersebut, karena mereka (tim seleksi) tidak pernah mengumumkan hasil selekda tersebut.
“Yang kita lihat hanya ada atlet yang namanya masuk itu, kemampuan dan prestasinya masih di bawah kemampuan anak dari klub kami “ujarnya lagi.
Masalah tersebut jelasnya, telah di tanyakan pada tim pelatih. Namun tim pelatih bilang penetapan atlet merupakan keputusan dan penilaian dari KONI Sumut
“Saya datangi KONI Sumut untuk konfirmasi. Malah dibilang hasil tersebut berdasarkan pemaparan yang dilakukan tim pelatih ke KONISU,” tambah Gunawan kesal.
Gunawan menilai, pada saat pemaparan tim pelatih tidak fair. Padahal selaku tim pelatih mereka pasti sudah tau siapa yang layak dipertahankan dan siapa yang tidak dipertahankan
“Penilaian yang dibuat mereka sulit kita terima. Ketika kita hubungi kembali tim pelatihnya, mereka tidak menjawab lagi,”katanya lagi.
Contohnya Doli Dalimunthe yang dihubungi via telepon selular dan di chat via WhatsApp guna menanyakan perekrutan soal atlet sepatu roda, ia sempat mengelak mengatakan salah sambung. Padahal saat ia membalas chat tersebut, sedang melakukan ibadah umroh di tanah suci Makkah.
Setelah disebutkan kalau ia sedang beribadah, barulah Doli mau berbicara mengenai atlet sepatu roda merupakan tanggung jawab Pandji.
Pola seleksi seperti itu sudah pernah dilakukan Pengprov Porserosi Sumut ketika menetapkan atlet ke PON Papua tahun 2021.
Saat itu, ada atlet yang lolos PON 2020 tak didaftarkan ikut multieven tersebut. Mereka adalah, Athira Filza Isa dan Darin Nadhifa Isa.
Dengan begitu, pengajuan nama atlet oleh induk olahraga ternyata tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan prosedur yang ada.
Ketiadaan Pengurus Provinsi PORSEROSI Sumut definitif yang telah berjalan 2 tahun ini, dimanfaatkan oleh oknum tertentu dalam memanipulasi daftar atlet yang diajukan ke KONI Sumut.
Proses seleksi yang dilakukan oleh oknum tertentu berlangsung secara tidak adil dan tidak transparan. Bahkan dalam prosesnya tidak melalui kelengkapan administrasi yang jelas.
“Tindakan oknum tersebut jelas-jelas mengkhianati semangat sportivitas dan fair play yang senantiasa dijunjung dalam aktivitas olahraga. Hal ini terlebih dengan rujukan yang diberikan ke KONI Sumut yang tidak sesuai dengan kondisi fakta yang ada di lapangan,” pungkas Gunawan mengakhiri. (dimitri)