Pejabat Sini Fokus dengan Pintu dan Tangga, Media AS Salahkan 40 Tembakan Gas Air Mata Polisi Penyebab Tingginya Korban Tewas di Kanjuruhan

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

JAKARTA, DELITIMES ID  – Saat investigator dari pemerintah dan aparat di dalam negeri masih berkutat dengan hal-hal yang tidak substansif soal penyebab utama kematian banyak suporter pada tragedi Kanjuruhan lalu, orang-orang di luqr negeri termasuk media asing langsung menuding penyebab utamanya adalah gas air mata yang ditembakkan polisi.

Investigator di sini justru seperti lebih fokus pada kondisi stadion, pintu dan tangga seperti yang kemarin disebutkan Presiden Joko Widodo.

Juga sibuk mencari siapa yang menyuruh penembakan gas air mata, bahkan hal kurang substansif lain seperti soal penemuan botol minuman keras.

Sedangkan media Amerika Serikat (AS) menyalahkan sikap Polisi yang menurut mereka menjadi penyebab tingginya korban tewas tragedi kerusuhan Kanjuruhan.

Dilaporkan sekitar 131 orang dan 40 di antaranya anak-anak telah tewas dalam tragedi kerusuhan di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Kerusuhan tersebut terjadi setelah berakhirnya pertandingan Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Media besar AS, Washington Post mengatakan lebih dari 40 tembakan gas air mata ke arah kerumunan selama 10 menit menjadi penyababnya.

Mereka mengungkapkan apa yang dilakukan polisi tersebut merupakan pelanggaran terhadap protokol dan aturan laga sepak bola FIFA.

The Post juga mengungkapkan karena tembakan gas air mata tersebut, para suporter yang panik pun berhamburan untuk keluar stadion.

“Banyak suporter terinjak-injak sampai mati, atau terlindas tembok dengan gerbang logam karena beberapa pintu keluar ditutup,” tulis Washington Post sebagaimana dilansir Kompas.com.

Menurut mereka Kepolisian Indonesia tak merespons permintaan untuk berkomentar terkait masalah itu.

Ulasan Washington Post tersebut berdasarkan pemeriksaan dari lebih 100 video dan foto, juga wawancara dengan 11 saksi mata, serta analis dari ahli kontrol keraaian dan pengacara hak sipil.

Ulasan itu mengungkapkan bahwa polisi menggunakan gas air mata sebagai respons terhadap ratusan pendukung yang masuk ke lapangan, yang mengakibatkan lonjakan besar di area selatan Kanjuruhan.

Saksi mata juga mengatakan sejumlah pintu ditutup, yang kemudian membuat kepanikan semakin besar.

Pada Kamis (6/10/2022), pejabat setempat mengatakan 131 orang telah tewas, termasuk 40 anak-anak.

Menurut kelompok HAM, termasuk Amnesty Internasional Indonesia, mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai 200 orang.

Pemerintah Indonesia menegaskan akan melakukan penyelidikan terkait insiden ini, yang diketahui sebagai insiden paling berdarah di Indonesia.

Kepolisian provinsi sendiri mengungkapkan mereka menggunakan gas air mata karena adanya tindakan anarkis.

Tetapi ahli kontrol kerumunan, yang mengulas video rekonstruksi membantahnya.

Kepolisian sendiri pada Rabu (5/10/2022), telah memecat Kepala Polisi Malang dan sembilan petugas lainnya. (ehm/kps)

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

Related Posts

Berita Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pejabat Sini Fokus dengan Pintu dan Tangga, Media AS Salahkan 40 Tembakan Gas Air Mata Polisi Penyebab Tingginya Korban Tewas di Kanjuruhan

JAKARTA, DELITIMES ID  – Saat investigator dari pemerintah dan aparat di dalam negeri masih berkutat dengan hal-hal yang tidak substansif soal penyebab utama kematian banyak suporter pada tragedi Kanjuruhan lalu, orang-orang di luqr negeri termasuk media asing langsung menuding penyebab utamanya adalah gas air mata yang ditembakkan polisi.

Investigator di sini justru seperti lebih fokus pada kondisi stadion, pintu dan tangga seperti yang kemarin disebutkan Presiden Joko Widodo.

Juga sibuk mencari siapa yang menyuruh penembakan gas air mata, bahkan hal kurang substansif lain seperti soal penemuan botol minuman keras.

Sedangkan media Amerika Serikat (AS) menyalahkan sikap Polisi yang menurut mereka menjadi penyebab tingginya korban tewas tragedi kerusuhan Kanjuruhan.

Dilaporkan sekitar 131 orang dan 40 di antaranya anak-anak telah tewas dalam tragedi kerusuhan di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Kerusuhan tersebut terjadi setelah berakhirnya pertandingan Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Media besar AS, Washington Post mengatakan lebih dari 40 tembakan gas air mata ke arah kerumunan selama 10 menit menjadi penyababnya.

Mereka mengungkapkan apa yang dilakukan polisi tersebut merupakan pelanggaran terhadap protokol dan aturan laga sepak bola FIFA.

The Post juga mengungkapkan karena tembakan gas air mata tersebut, para suporter yang panik pun berhamburan untuk keluar stadion.

“Banyak suporter terinjak-injak sampai mati, atau terlindas tembok dengan gerbang logam karena beberapa pintu keluar ditutup,” tulis Washington Post sebagaimana dilansir Kompas.com.

Menurut mereka Kepolisian Indonesia tak merespons permintaan untuk berkomentar terkait masalah itu.

Ulasan Washington Post tersebut berdasarkan pemeriksaan dari lebih 100 video dan foto, juga wawancara dengan 11 saksi mata, serta analis dari ahli kontrol keraaian dan pengacara hak sipil.

Ulasan itu mengungkapkan bahwa polisi menggunakan gas air mata sebagai respons terhadap ratusan pendukung yang masuk ke lapangan, yang mengakibatkan lonjakan besar di area selatan Kanjuruhan.

Saksi mata juga mengatakan sejumlah pintu ditutup, yang kemudian membuat kepanikan semakin besar.

Pada Kamis (6/10/2022), pejabat setempat mengatakan 131 orang telah tewas, termasuk 40 anak-anak.

Menurut kelompok HAM, termasuk Amnesty Internasional Indonesia, mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai 200 orang.

Pemerintah Indonesia menegaskan akan melakukan penyelidikan terkait insiden ini, yang diketahui sebagai insiden paling berdarah di Indonesia.

Kepolisian provinsi sendiri mengungkapkan mereka menggunakan gas air mata karena adanya tindakan anarkis.

Tetapi ahli kontrol kerumunan, yang mengulas video rekonstruksi membantahnya.

Kepolisian sendiri pada Rabu (5/10/2022), telah memecat Kepala Polisi Malang dan sembilan petugas lainnya. (ehm/kps)

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

Related Posts

Berita Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *