PENYEBAB TINGGINYA ANGKA KRIMINALITAS DI INDONESIA

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

Oleh: Putra Alan’s Sembiring *)

KRIMINALITAS merupakan perilaku yang bersifat melawan terhadap hukum yang berlaku pada suatu daerah/wilayah yang dilakukan oleh individu ataupun sekelompok masyarakat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dengan keanekaragaman budaya yang menjadi daya tarik bagi negara-negara lain di dunia. Namun di sisi lain, tingkat kriminalitas di negara ini menjadi perhatian serius.

Kriminalitas di Indonesia terus menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Setiap hari, berita tentang tindak kejahatan menyeramkan menghiasi media massa, meninggalkan kesan bahwa keamanan menjadi barang mewah bagi penduduk Indonesia.

Tingkat kriminalitas di Indonesia bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul begitu saja. Hal ini lebih dari sekedar tindakan individual yang tidak terkendali, melainkan akumulasi dari berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat ada 288.472 kejahatan yang telah terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2023 dan berdasarkan analisis yang dirilis Indeks Perdamaian Global atau Global Peace Inbox (GPI) pada tahun 2023, Indonesia tercatat berada pada peringkat ke-53 dari 163 negara teraman yang ada di dunia dan peringkat satu diduduki oleh negara Islandia, yang mana artinya Indonesia masih berada jauh dari kata negara teraman di dunia.

Kriminalitas di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks dan multifaktorial, yang dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam opini ini, saya akan membahas beberapa faktor utama yang diyakini menjadi penyebab kriminalitas di Indonesia.

Pertama, ketidaksetaraan ekonomi adalah salah satu penyebab utama kriminalitas di Indonesia. Meskipun negara ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dalam beberapa tahun terakhir, tetapi ketidaksetaraan pendapatan masih menjadi masalah yang serius. Sebagian besar penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan atau mengalami kesulitan ekonomi yang signifikan.

Ketidaksetaraan ini mendorong beberapa individu untuk mencari jalan pintas, termasuk terlibat dalam aktivitas ilegal seperti pencurian, penipuan, atau perdagangan narkoba sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Kedua, korupsi dan kelemahan dalam institusi juga turut berkontribusi terhadap tingginya tingkat kriminalitas di Indonesia. Korupsi yang merajalela di berbagai tingkatan pemerintahan dan sektor swasta menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan tidak adil. Kelemahan dalam penegakan hukum dan kurangnya akuntabilitas bagi pelaku korupsi membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap sistem hukum. Hal ini bisa mengakibatkan ketidakpuasan terhadap pemerintah dan mendorong beberapa individu untuk melakukan tindakan kriminal sebagai bentuk protes atau pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Ketiga, sistem pendidikan yang kurang efektif juga merupakan faktor yang memengaruhi tingkat kriminalitas di Indonesia. Meskipun telah ada upaya untuk meningkatkan akses pendidikan, masih terdapat masalah dalam kualitas pendidikan yang disampaikan.

Kurangnya pemerataan akses pendidikan berkualitas dan kurikulum yang tidak selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat dapat menyebabkan beberapa individu putus sekolah atau tidak mendapatkan pendidikan yang memadai. Hal ini memperbesar risiko terlibat dalam kegiatan ilegal karena kurangnya kesadaran akan konsekuensi hukum serta kurangnya pengetahuan tentang alternatif lain untuk mencapai kesuksesan.

Keempat, perdagangan narkoba menjadi salah satu penyebab utama kriminalitas di Indonesia. Negara ini merupakan salah satu jalur perdagangan narkoba terbesar di Asia Tenggara, dengan keberadaan berbagai jenis narkotika yang beredar secara luas. Perdagangan narkoba tidak hanya merusak kesehatan masyarakat, tetapi juga menciptakan ekonomi ilegal yang menggiurkan bagi para pelaku kejahatan.

Hal ini sering kali memicu peningkatan kejahatan lain seperti pencurian, perampokan, dan kekerasan, karena individu yang terlibat dalam penggunaan narkoba seringkali membutuhkan uang cepat untuk membeli barang tersebut.

Kelima, ketidakstabilan sosial dan politik juga berperan dalam meningkatkan tingkat kriminalitas di Indonesia. Konflik sosial, ketidakpuasan politik, dan ketidakpastian ekonomi dapat menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan tidak aman. Situasi ini memberikan kesempatan bagi para pelaku kejahatan untuk beroperasi tanpa banyak gangguan dari aparat penegak hukum.

Selain itu, ketidakstabilan politik juga dapat menyebabkan pemerintah kurang fokus pada upaya penegakan hukum dan pencegahan kejahatan.

Keenam, kurangnya lapangan pekerjaan juga menjadi faktor penyebab terjadinya tindakan kriminal di Indonesia. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang meningkat secara drastis dan menyebabkan ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk.

Ketidaksesuaian keterampilan ataupun sumber daya manusia menjadi faktor penting penyebab kurangnya lapangan pekerjaan. Banyak lulusan sekolah ataupun universitas yang memiliki keterampilan namun tidak sesuai dengan kebutuhan industri pekerjaan ataupun syarat yang menjadi tuntutan untuk bisa masuk ke dalam pekerjaan tersebut belum dapat dipenuhi oleh masyarakat Indonesia karena minimnya pengetahuan dan keterampilan, serta perkembangan teknologi yang pada masa kini sudah banyak menggantikan peran manusia dalam dunia pekerjaan.

Ketujuh, peran keluarga dan masyarakat. Kurangnya pengawasan dan kasih sayang dari keluarga, serta kontrol sosial yang lemah dari masyarakat, membuka peluang bagi individu, terutama remaja, untuk terjerumus ke dunia kriminal.

Seringkali hubungan rumah tangga yang hancur (broken home) menciptakan rasa trauma, depresi dan menghilangkan rasa kepedulian terhadap hal-hal baik pada korban yang merasakannya dan menimbulkan kecemburuan sosial dengan keluarga yang memiliki hubungan baik dalam rumah tangganya. Keluarga dan lingkungan sekitar seharusnya bisa menjadi benteng pertahanan pertama dalam mencegah kenakalan remaja yang bisa mengarah ke tindakan kriminal namun seringkali terabaikan. Umumnya hubungan rumah tangga yang hancur ini disebabkan oleh faktor ekonomi.

Tujuh faktor penyebab tindakan kriminalitas di atas merupakan hal-hal yang diyakini oleh penulis sebagai penyebab terjadinya tindakan kriminalitas di Indonesia berdasarkan opini sang penulis.

Lalu timbul pertanyaan “bagaimana upaya dalam mengatasi tindakan kriminalitas?”.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi tindakan kriminalitas di Indonesia sendiri, diantaranya yaitu: penguatan penegakan hukum, pemberantasan korupsi, peningkatan akses pendidikan dan keterampilan, pencegahan peredaran narkoba, pemberdayaan masyarakat, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan mental, kebijakan penyuluhan dan pencegahan, pengembangan kebijakan pemasyarakatan yang berorientasi pada rehabilitasi.

Namun upaya-upaya tersebut tentu saja perlu dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif, yang bersifat menyeluruh dan tidak hanya menguntungkan sebelah pihak.

Peran keluarga, masyarakat, dan agama sangat dibutuhkan dalam proses pencegahan kriminalitas di Indonesia. Ketiga peran tersebut merupakan awal mula dibentuknya karakter manusia dan menjadi tiang utama dalam pola kehidupan manusia. Perlunya diadakan kegiatan-kegiatan positif di lingkungan masyarakat juga menjadi pendorong dalam proses pencegahan kriminalitas di Indonesia, seperti mengadakan penyuluhan tentang dampak dari kriminalitas, memberikan bantuan sosial bagi yang membutuhkan secara terarah, dan meningkatkan akses informasi terkait tindak kriminal yang terjadi.

Kunci dalam pencegahan kriminalitas di Indonesia ini adalah rasa saling memiliki dan peduli antar setiap individu-individu masyarakat. Dan untuk menimbulkan rasa saling memiliki serta peduli tersebut, perlunya contoh yang baik dari setiap elemen-elemen masyarakat, aparat-aparat penegak hukum dan pemerintahan. **

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Malikussaleh Lhokseumawe – Aceh

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

Related Posts

Berita Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

PENYEBAB TINGGINYA ANGKA KRIMINALITAS DI INDONESIA

Oleh: Putra Alan’s Sembiring *)

KRIMINALITAS merupakan perilaku yang bersifat melawan terhadap hukum yang berlaku pada suatu daerah/wilayah yang dilakukan oleh individu ataupun sekelompok masyarakat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dengan keanekaragaman budaya yang menjadi daya tarik bagi negara-negara lain di dunia. Namun di sisi lain, tingkat kriminalitas di negara ini menjadi perhatian serius.

Kriminalitas di Indonesia terus menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Setiap hari, berita tentang tindak kejahatan menyeramkan menghiasi media massa, meninggalkan kesan bahwa keamanan menjadi barang mewah bagi penduduk Indonesia.

Tingkat kriminalitas di Indonesia bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul begitu saja. Hal ini lebih dari sekedar tindakan individual yang tidak terkendali, melainkan akumulasi dari berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat ada 288.472 kejahatan yang telah terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2023 dan berdasarkan analisis yang dirilis Indeks Perdamaian Global atau Global Peace Inbox (GPI) pada tahun 2023, Indonesia tercatat berada pada peringkat ke-53 dari 163 negara teraman yang ada di dunia dan peringkat satu diduduki oleh negara Islandia, yang mana artinya Indonesia masih berada jauh dari kata negara teraman di dunia.

Kriminalitas di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks dan multifaktorial, yang dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam opini ini, saya akan membahas beberapa faktor utama yang diyakini menjadi penyebab kriminalitas di Indonesia.

Pertama, ketidaksetaraan ekonomi adalah salah satu penyebab utama kriminalitas di Indonesia. Meskipun negara ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dalam beberapa tahun terakhir, tetapi ketidaksetaraan pendapatan masih menjadi masalah yang serius. Sebagian besar penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan atau mengalami kesulitan ekonomi yang signifikan.

Ketidaksetaraan ini mendorong beberapa individu untuk mencari jalan pintas, termasuk terlibat dalam aktivitas ilegal seperti pencurian, penipuan, atau perdagangan narkoba sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Kedua, korupsi dan kelemahan dalam institusi juga turut berkontribusi terhadap tingginya tingkat kriminalitas di Indonesia. Korupsi yang merajalela di berbagai tingkatan pemerintahan dan sektor swasta menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan tidak adil. Kelemahan dalam penegakan hukum dan kurangnya akuntabilitas bagi pelaku korupsi membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap sistem hukum. Hal ini bisa mengakibatkan ketidakpuasan terhadap pemerintah dan mendorong beberapa individu untuk melakukan tindakan kriminal sebagai bentuk protes atau pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Ketiga, sistem pendidikan yang kurang efektif juga merupakan faktor yang memengaruhi tingkat kriminalitas di Indonesia. Meskipun telah ada upaya untuk meningkatkan akses pendidikan, masih terdapat masalah dalam kualitas pendidikan yang disampaikan.

Kurangnya pemerataan akses pendidikan berkualitas dan kurikulum yang tidak selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat dapat menyebabkan beberapa individu putus sekolah atau tidak mendapatkan pendidikan yang memadai. Hal ini memperbesar risiko terlibat dalam kegiatan ilegal karena kurangnya kesadaran akan konsekuensi hukum serta kurangnya pengetahuan tentang alternatif lain untuk mencapai kesuksesan.

Keempat, perdagangan narkoba menjadi salah satu penyebab utama kriminalitas di Indonesia. Negara ini merupakan salah satu jalur perdagangan narkoba terbesar di Asia Tenggara, dengan keberadaan berbagai jenis narkotika yang beredar secara luas. Perdagangan narkoba tidak hanya merusak kesehatan masyarakat, tetapi juga menciptakan ekonomi ilegal yang menggiurkan bagi para pelaku kejahatan.

Hal ini sering kali memicu peningkatan kejahatan lain seperti pencurian, perampokan, dan kekerasan, karena individu yang terlibat dalam penggunaan narkoba seringkali membutuhkan uang cepat untuk membeli barang tersebut.

Kelima, ketidakstabilan sosial dan politik juga berperan dalam meningkatkan tingkat kriminalitas di Indonesia. Konflik sosial, ketidakpuasan politik, dan ketidakpastian ekonomi dapat menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan tidak aman. Situasi ini memberikan kesempatan bagi para pelaku kejahatan untuk beroperasi tanpa banyak gangguan dari aparat penegak hukum.

Selain itu, ketidakstabilan politik juga dapat menyebabkan pemerintah kurang fokus pada upaya penegakan hukum dan pencegahan kejahatan.

Keenam, kurangnya lapangan pekerjaan juga menjadi faktor penyebab terjadinya tindakan kriminal di Indonesia. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang meningkat secara drastis dan menyebabkan ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk.

Ketidaksesuaian keterampilan ataupun sumber daya manusia menjadi faktor penting penyebab kurangnya lapangan pekerjaan. Banyak lulusan sekolah ataupun universitas yang memiliki keterampilan namun tidak sesuai dengan kebutuhan industri pekerjaan ataupun syarat yang menjadi tuntutan untuk bisa masuk ke dalam pekerjaan tersebut belum dapat dipenuhi oleh masyarakat Indonesia karena minimnya pengetahuan dan keterampilan, serta perkembangan teknologi yang pada masa kini sudah banyak menggantikan peran manusia dalam dunia pekerjaan.

Ketujuh, peran keluarga dan masyarakat. Kurangnya pengawasan dan kasih sayang dari keluarga, serta kontrol sosial yang lemah dari masyarakat, membuka peluang bagi individu, terutama remaja, untuk terjerumus ke dunia kriminal.

Seringkali hubungan rumah tangga yang hancur (broken home) menciptakan rasa trauma, depresi dan menghilangkan rasa kepedulian terhadap hal-hal baik pada korban yang merasakannya dan menimbulkan kecemburuan sosial dengan keluarga yang memiliki hubungan baik dalam rumah tangganya. Keluarga dan lingkungan sekitar seharusnya bisa menjadi benteng pertahanan pertama dalam mencegah kenakalan remaja yang bisa mengarah ke tindakan kriminal namun seringkali terabaikan. Umumnya hubungan rumah tangga yang hancur ini disebabkan oleh faktor ekonomi.

Tujuh faktor penyebab tindakan kriminalitas di atas merupakan hal-hal yang diyakini oleh penulis sebagai penyebab terjadinya tindakan kriminalitas di Indonesia berdasarkan opini sang penulis.

Lalu timbul pertanyaan “bagaimana upaya dalam mengatasi tindakan kriminalitas?”.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi tindakan kriminalitas di Indonesia sendiri, diantaranya yaitu: penguatan penegakan hukum, pemberantasan korupsi, peningkatan akses pendidikan dan keterampilan, pencegahan peredaran narkoba, pemberdayaan masyarakat, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan mental, kebijakan penyuluhan dan pencegahan, pengembangan kebijakan pemasyarakatan yang berorientasi pada rehabilitasi.

Namun upaya-upaya tersebut tentu saja perlu dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif, yang bersifat menyeluruh dan tidak hanya menguntungkan sebelah pihak.

Peran keluarga, masyarakat, dan agama sangat dibutuhkan dalam proses pencegahan kriminalitas di Indonesia. Ketiga peran tersebut merupakan awal mula dibentuknya karakter manusia dan menjadi tiang utama dalam pola kehidupan manusia. Perlunya diadakan kegiatan-kegiatan positif di lingkungan masyarakat juga menjadi pendorong dalam proses pencegahan kriminalitas di Indonesia, seperti mengadakan penyuluhan tentang dampak dari kriminalitas, memberikan bantuan sosial bagi yang membutuhkan secara terarah, dan meningkatkan akses informasi terkait tindak kriminal yang terjadi.

Kunci dalam pencegahan kriminalitas di Indonesia ini adalah rasa saling memiliki dan peduli antar setiap individu-individu masyarakat. Dan untuk menimbulkan rasa saling memiliki serta peduli tersebut, perlunya contoh yang baik dari setiap elemen-elemen masyarakat, aparat-aparat penegak hukum dan pemerintahan. **

*) Penulis adalah Mahasiswa Universitas Malikussaleh Lhokseumawe – Aceh

Bagikan :

Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Share on telegram
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

Related Posts

Berita Terkini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *