MEDAN – Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Agus Fatoni, mengaku, pentingnya kemitraan antara pemerintah dan media dalam menyampaikan informasi yang seimbang kepada masyarakat. Kemitraan yang baik antara media dan pemerintah sangat penting untuk menyampaikan informasi dan berita yang akurat dan konstruktif.
“Wartawan itu memang harus independen. Tidak menjaga jarak namun menjaga profesionalisme. Peran media adalah menjembatani pemerintah dengan masyarakat dalam konteks menyebarkan informasi, sehingga mendapat dukungan dari masyarakat,” ungkap Agus Fatoni saat membuka Sekolah Jurnalisme Indonesia yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia di Hotel Grand Inna Medan, Senin (23/9).
Agus yang telah 3 kali menjabat sebagai Penjabat (Pj.) Gubernur itu pun berharap, kritik terhadap pemerintah atau institusi lain harus diiringi dengan solusi, bukan hanya sekedar mencari kesalahan. Sehingga, media dapat berperan sebagai mitra yang mendukung perbaikan.
“Seperti berita tentang PON kemarin, ada berita tentang jalan becek yang berada di belakang venue Voli. Padahal itu bukan akses masuk ke venue tersebut, malah beritanya viral. Nah, setelah kita perbaiki, ternyata tidak diberitakan. Rasanya tidak adil, yang buruk diberitakan, dan yang baik tidak diberitakan. Harusnya sebagai wartawan Sumatera Utara, ini yang perlu digelorakan lagi. Rasa cinta terhadap daerah dan bangsa,” imbuhnya.
Diakui alumni IPDN Tahun 1994 itu, menyebarkan gosip atau berita buruk, apalagi yang tidak berdasar, dapat merusak reputasi dan menciptakan dampak negatif. Oleh karenanya, kesadaran akan tanggung jawab dalam menyampaikan informasi harus digelorakan.
“Kita perlu mendorong berita yang membangkitkan semangat, menyoroti prestasi, dan mengedukasi masyarakat agar memiliki perspektif yang lebih positif terhadap daerah dan bangsa,” ajaknya.
Pejabat yang mengaku pernah menjadi wartawan itu menekankan, etika dalam jurnalisme sangat diperlukan, terutama dalam pemberitaan yang tidak hanya berfokus pada keburukan atau gosip, tetapi juga memberi ruang untuk berita positif yang membangun.
“Pentingnya etika dalam hubungan antara media dan pemerintah. Ketika keduanya bekerja sama dengan perspektif yang solutif, mereka dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat. Punya hubungan yang baik, meskipun harus tetap profesional, sangat vital untuk menjalankan tugas dengan efektif,” urainya.
Wartawan, kata mantan Pj. Gubernur Sulawesi Utara dan Sumatera Selatan itu, perlu terus belajar dan memperdalam pengetahuan, baik dalam aspek teknis jurnalistik maupun substansi yang diliput, untuk meningkatkan kualitas berita dan kontribusi mereka terhadap masyarakat.
“Pendidikan dan pemahaman tentang jurnalisme sangat penting bagi wartawan untuk menjadi unggul. Ini termasuk integritas, relasi, dan jaringan yang mendukung. Seorang pemimpin yang kreatif dapat menginspirasi inovasi dan pendekatan yang berbeda, membantu menciptakan individu yang terus berkembang dan menunjukkan identitas unik,” sebutnya.
Dia menambahkan, kesadaran akan kelebihan dan kekurangan diri, serta belajar dari pengalaman orang lain, menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan. Tiga aspek penting untuk menjadi wartawan yang sukses adalah kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
“Kecerdasan intelektual dalam memberikan dasar pengetahuan, kecerdasan emosional membantu dalam mengelola emosi, dan kecerdasan spiritual memberikan pedoman moral. Kombinasi ini menciptakan wartawan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga beretika, berintegritas, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat,” sebutnya. (ts)